BLOGGER TEMPLATES AND Zwinky Layouts »

Senin, 30 Agustus 2010

Dave Grohl


Gue sudah lama memonitor group ini sejak awal sampai saat sekarang ketika mereka merilis album teranyar mereka Echoes, Silence, Patience & Grace (September 2007). Itu tak lepas dari kiprah frontman band ini ( Dave Grohl, vokal & gitar) yang merupakan drummer band grunge terkenal, Nirvana. Grohl menghabiskan waktu luangnya dengan bermain gitar dan mengarang lagu semasa masih bersama Nirvana. Dan hasil karyanya tersebut disimpannya sendiri karena ia merasa direcoki oleh music style Kurt Kobain. Setelah kematian Kurt Kobain(1994), maka bubarlah Nirvana. Grohl mulai merekam demo tape dan sempat merilis mini album dengan inisial Late! berjudul Pocketwatch, kemudian akhirnya mengusung nama Foo Fighters. Awalnya ia mencoba mengajak Krist Novoselic (teman band semasa di Nirvana), tapi keduanya sepakat tidak bekerjasama dalam musik mengingat bahwa suatu hal yang aneh bagi orang lain jika mereka melakukan proyek musik bersama lagi tanpa kehadiran Kurt Kobain. Bagaimanapun demo tape tersebut beredar dan menarik minat perusahaan rekaman. Grohl segera membentuk band dan menghubungi Pat Smear (gitaris tambahan selama tur Nirvana), Nate Mendel (bass) dan William Goldsmith (drum). Ia melisensikan album perdana Foo Fighters kepada Capitol Records. Maka debut album self title pun dirilis bulan Juli 1995. Debut album ini lumayan mendapat sambutan oleh penikmat musik (Ingat video musik I’ll Stick Around yang lumayan sering diputar di MTV?). Juga ada rasa penasaran akan gaya musik yang diusung Foo Fighters mengingat Grohl merupakan salah satu personil Nirvana. Penulispun merasakan hal yang sama. Sangat penasaran. Maka, setelah 6 bulan berselang, album debut tersebut penulis beli dari uang yang disisihkan dari uang saku penulis. Dan penulis juga dapat merasakan ada benang merah antara musik Foo Fighter dan Nirvana. Hal inipun diakui Grohl bahwa ia terpengaruh music style Kurt Kobain, lagu yang mula-mula pelan tiba-tiba menjadi cepat dan hard ditengah lagu, begitu sebaliknya. Tapi sejujurnya penulis merasa bahwa lagu-lagu dalam album tersebut cenderung murung. Apakah ini dipengaruhi kematian sahabat baik Grohl (Kobain) ? Entahlah....

Lalu pada tahun 1997, meluncurlah album kedua The Colour and The Shape,
diwarnai hengkangnya dua personil awal, William Goldsmith dan Pat Smear, dengan alasan yang berbeda. Keduanya digantikan Taylor Hawkins (drum, pernah menjadi drummer tur Alanis Morisette) dan Franz Stahl (teman band Pat Smear sebelum di Foo Fighters). Album ini juga penulis miliki karena apresiasi yang baik penulis atas debut album mereka. Album yang masih menyimpan daya tarik seperti debut album.

Pada tahun 1999, dirilis album There Is Nothing To Loose, dengan menyisakan hanya tiga personil setelah Franz hengkang karena ketidakcocokan. Album ini melahirkan hit Learn To Fly yang memenangkan Grammy Awards. Penulis lupa apakah penulis miliki juga album ini, karena bekasnya tidak ada. Dan band pun mengikat gitaris tur mereka, Chris Shiflett sebagai anggota tetap dan mulai berpartisipasi di album keempat.

Akhir tahun 2001, band ini merekam album keempat mereka. Tapi Grohl sempat menghabiskan sebagian waktunya menjadi drummer band Queens Of Stone Age (QOSA), dan ikut serta merampungkan album QOSA berjudul Songs For The Deaf, yang membuat rumor atau isu ketidakberlanjutan Foo Fighters. Tapi akhirnya album baru Foo pun keluar dengan judul One by One, yang menurut Grohl hanya empat lagu saja dari album One by One yang disukainya. Dan tujuh lainnya takkan dimainkan sepanjang hidupnya....(duh, lagu jelek koq direkam?). Album ini penulis punyai, tapi tidak begitu tinggi airplay-nya di tip rekorder penulis.

Disibukkan oleh tur, Foo merekam album kelima, yang dirilis pada 2005 berjudul In Your Honor. Album ini menelurkan hit Best Of You dan DOA. Untuk menyokong peredaran In Your..., Foo mengadakan tur akustik dalam waktu singkat pada musim panas 2006. Tur ini juga menyertakan former member Pat Smear sebagai ekstra gitaris. Wow, tiga gitaris dalam satu panggung? Pada 2006 juga Foo merilis album rekaman dari live performance mereka, Skin and Bones.
Echoes, Silence, Patience & Grace, dirilis pada September 2007. Lagu The Pretender diluncurkan lebih awal pada Agustus, hit yang bertahan 18 minggu di top Modern Rock chart Billboard. Album ini terasa lebih keren dari album-album sebelumnya. Boleh dibilang inilah puncak album Foo. Lagunya keren-keren. Long Road To Ruin dan Let It Die ,berturut turut menjadi kesukaan penulis. Penulis malah sempat memberi rating album ini 3.5 of 5 stars, itu sudah bagus lho....

Secara mengejutkan dalam sebuah acara TV, Dave Grohl mengumunkan bahwa Foo akan “istirahat” sampai waktu yang tidak ditentukan, tapi Foo masih mengadakan serangkaian tur untuk memenuhi kontrak yang telah dibuat sebelumnya. Dilanjutkan dengan rilis album bertitel “Greatest Hits” makin memperkuat ketidakjelasan akan kelanjutan band ini. Sungguh disayangkan....



Selain sibuk bermusik, ternyata Foo pun mempunyai ketertarikan akan hal lain, seperti berpolitik seperti ikut mendukung kampanye John Kerry (itu lho, calon presiden Amerika Serikat) pada tahun 2004 dan ikut serta dalam kampanye Alive & Well, suatu organisasi yang menyangkal keterkaitan HIV dengan AIDS pada tahun 2000. Terlepas dari kontroversi keikutsertaan Foo mendukung Alive & Well pada tahun 2000, patut dicermati bahwa sebuah band tak harus selalu berkurung dalam sangkar emasnya. Ia tak bisa lepas dari lingkungan sekitarnya. Dan umumnya mereka (artis Amerika) terang-terangan mendukung (suatu organisasi). Bukan seperti di Indonesia, artis atau band malu-malu mendukung (suatu organisasi) atau menjadi aktivis. Kalau mereka diminta, baru deh mereka mau buka suara atau memberi dukungan (terhadap suatu organisasi). Walaupun tidak semuanya artis atau band Indonesia begitu.... Ini bukan soal sok ke barat-baratan. Ini kenyataan....

0 komentar: